Indonesia haruslah bangga memiliki sosok seperti Amalia Prabowo. Alumni jurusan Sosiatri (kini Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan-red) ini menjadi satu-satunya CEO perempuan di perusahaan multinasional. Bertempat di Seminar Fisipol UGM, Amalia membagi tips dan pengalaman berkarir.
Menjadi pembicara ‘Sharing Alumni Days’ (08/09), Amalia menceritakan perjalanan karirnya. Bermula sebagi account executive, ia mengembangkan kemampuan di bidang periklanan. Setelah lulus dari Fisipol, ia melanjutkan kuliah Master IPMI Business School. Amalia juga sempat merasakan proses pendidikan singkatnya di Wharton, University of Pennsylvania melalui program Management Strategic Course hingga akhirnya menjadi CEO di Havas Worldwide Jakarta.
“Untuk menjadi CEO, bisa dimulai dari sekarang ketika menjadi mahasiswa,” ungkap Amalia. Persiapan tersebut dapat dimulai dari hal-hal kecil, attitude, karakter, dan pola pikir. Saat bekerja kita juga harus mampu menjadi common interest di mata perusahaan. Seseorang haruslah menunjukkan dan menjual kelebihannya. “Saya jadi CEO karena saya mengerti pasar Indonesia. Market share ditentukan oleh perempuan. Saya perempuan, orang yang senang berbelanja adalah perempuan,” terang perempuan yang kini juga menjadi pengajar di Universitas Indonesia.
Tahun 2015 mendatang, Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Mahasiswa akan bersaing dengan global talent. Mahasiswa harus berani menunjukkan siapa diri mereka. “Kunci menghadapi global talent adalah saya tidak mudah diabaikan, saya punya spesialisasi,” yakin Amalia. Orang Indonesia tidak kalah dengan orang luar. “Kemampuan adaptasi orang Indonesia lebih baik dibandingkan yang lain,” tambahnya.
Perempuan berhijab ini mulanya mengaku kurang memedulikan kemampuan bahasa inggrisnya. “Bisa sampai posisi saat ini, kata kuncinya adalah passion,” jelasnya. Ia menekankan kepada mahasiswa untuk mengikuti passion, karena dari passion mampu menuntun produktifitas kerja yang baik.